top of page
  • Adriel Hernando

Bacteria vs. Antibiotic: “What doesn’t kill you makes you stronger!”


Pernahkah orang tua teman-teman berkata “Jangan lupa habisin antibiotiknya ya dek, rutin diminum obatnya, jangan kelewatan”? Seringkali kita sudah sembuh meskipun belum menghabiskan seluruh antibiotik yang diberikan dokter. Pernahkah terbesit di pikiran teman-teman kenapa sih kita harus menghabiskan seluruh antibiotik yang diberikan? Lalu mengapa lama kelamaan kita membutuhkan obat baru ketika obat lama yang kita gunakan efeknya semakin menurun? Yuk kita simak penjelasannya.

Pertama-tama, apa itu antibiotik? Antibiotik merupakan obat antimikroba untuk mencegah/menyembuhkan infeksi bakteri. Ketika kita meminum antibiotik maka bakteri akan mati, tapi akankah semua bakteri mati? Ketika dokter meresepkan antibiotik, maka jangka waktu tersebut merupakan waktu minimum untuk memastikan semua bakteri infeksi telah mati. Saat kita berhenti mengkonsumsi antibiotik sebelum waktunya, maka bakteri lemah telah mati, tetapi bakteri yang kuat masih bertahan hidup, bahkan bakteri resisten. Bakteri ini dapat bangkit lagi dari konsentrasi rendahnya hingga akhirnya menyebabkan sakit kembali.

Seringkali meskipun kita telah meminum pada jangka waktu yang tepat, masih saja terdapat bakteri resisten yang bisa lolos. What kind of superpower that these resistant bacteria have?

Apa sih yang dimiliki oleh bakteri resisten dibandingkan bakteri normal? Bakteri resisten memiliki mekanisme untuk menonaktifkan senyawa antibiotik sehingga tidak berdampak bagi sel. Terdapat 5 mekanisme dasar dalam proses resistensi bakteri yaitu (1) Degradasi enzimatik antibiotic atau inaktivasi antibiotic, (2) Perubahan struktur/pengenalan dari protein yang ditarget antibiotic, (3) Mengurangi akumulasi antibiotic dalam sel dengan mengurangi permeabilitas membrane, (4) Meningkatkan aktivitas pompa efflux (memompa keluar sel) untuk antibiotic, (5) Mengembangkan jalur biokimia dari pathway resistant.

Resistensi penicillin termasuk mekanisme (1) yaitu degradasi antibiotik. Sel dapat memproduksi enzim beta-lactamase, nah beta-lactamase ini dapat memotong penicillin sehingga menjadi tidak aktif. Selain itu mekanisme (3) juga dipakai penicillin karena dengan mengurangi permeabilitas maka penicillin yang masuk semakin sedikit. Mekanisme (4) yang menggunakan pumping channel merupakan mekanisme pada resistensi tetracyclines, erythromycin, dan chloramphenicol. Mekanisme (5) digunakan oleh antibiotik golongan sulfonamides. Yang terakhir sebagian besar sisanya menggunakan metode (2) untuk mengganti situs pengenalan/target dari antibiotik sehingga antibiotik tidak dapat mengenali dan mengganggu sel.

Demikian materi mengenai resistensi bakteri, semoga dapat dimengerti. Jangan lupa untuk meminum obat dan antibiotik sesuai dosis dan jangka waktunya agar terhindar dari resistensi bakteri :)

Referensi:

Madigan, Michael T and Thomas D Brock. Brock Biology Of Microorganisms. Boston [Mass.]: Benjamin Cummings, 2012.

Featured
Recent Posts
bottom of page